Rumah Adat Dari Ntt Dihuni Oleh Suku

Lantai Rumah Tidak Menyentuh Tanah

Leluhur penduduk Wae Rebo membuat aturan bahwa rumah tidak boleh menyentuh tanah. Untuk itu, semua Mbaru Niang berbentuk rumah panggung dengan kolong setinggi 1 meter. Kolong tersebut biasa difungsikan sebagai rumah ternak, tempeta menyimpan kayu atau barang lainnya, dan untuk tempat menenun.

Tingkat Keempat / Lemba Rae

Tingkat keempat adalah Lemba Rae, yang digunakan sebagai tempat penyimpanan stok makanan untuk berjaga-jaga bila terjadi gagal panen atau kekeringan akibat musim kemarau.

Setiap Rumah Dihuni Lima Hingga Enam Keluarga

Saat memasuki Mbaru Niang, terdapat ruang berkumpul atau ruang serbaguna yang luasnya setengah dari luas total bangunan. Sementara setengahnya lagi terbagi atas dapur dan lima ruang tidur. Masing-masing ruang tidur dihuni oleh satu keluarga. Sehingga dalam satu Mbaru Niang setidaknya dihuni oleh 5-6 keluarga dengan total 15-20 orang.

Suku Tetun memiliki keunikan dari segi rumah adat. Suku Tetun memiliki subsuku yang masing-masing memiliki rumah adat berbeda. Selain disebut suku Tetun, suku ini juga dikenal sebagai suku Belu.

Suku Tetun atau suku Belu merupakan masyarakat yang tinggal di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. Mereka juga tersebar di enklave Oecussi-Ambeno, Timor Leste. Akan tetapi, artikel ini secara khusus membahas suku Tetun yang berada di NTT, Indonesia.

Dalam tulisan Mengenal Ragam Keunikan Suku Tetun dari Nusa Tenggara Timur dijelaskan bahwa dalam satu perkampungan suku Tetun atau suku Belu umumnya dihuni oleh penduduk yang berasal paling tidak dari dua klan atau subsuku Tetun.

Biasanya, masing-masing dari klan atau subsuku Tetun ini dapat diidentifikasi dengan mudah melalui rumah adat. Meskipun setiap klan mempunyai bentuk (detail) rumah adat yang berbeda-beda, mereka juga memungkinkan untuk memiliki karakteristik rumah yang sama.

Kemudian, kumpulan dari beberapa kampung ini menjadi sebuah desa berbentuk kerajaan yang dipimpin oleh raja atau fukun. Kedudukannya hampir setara dengan jabatan kepala desa dalam strata negara.

Dalam satu desa yang dihuni oleh suku Tetun bisa memiliki puluhan rumah adat yang masing-masing memiliki kekhasan maupun kesamaan. Masing-masing dari rumah adat tersebut juga memiliki kebijakan dan aturan adat untuk menata kehidupan masyarakatnya.

Beberapa rumah adat suku Tetun ialah rumah adat Nonot-Fore Na’in yang berada di Desa Babulu, Kecamatan Kobalima, Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur; serta rumah adat Uma BuahanBerada di Motaain Serobo, Desa Maneikun, Kecamatan Lasiolat Kabupaten Belu, Timor-NTT.

Tingkat Kelima / Hekang Kode

Pada tingkat tertinggi atau kelima yang disebut Hekang Kode, digunakan sebagai tempat sesajian untuk para leluhur mereka.

Setelah mengenal lebih jauh tentang seluk beluk rumah adat suku Manggarai, apakah kamu tertarik untuk mengunjunginya langsung?

Untuk yang ingin lebih praktis, IndonesiaJuara Trip menyediakan paket wisata Private Trip ke Wae Rebo selama 2 hari 1 malam. Di dalam paket wisata kami, sudah dipersiapkan segala kebutuhan untuk pergi ke Wae Rebo seperti transport, makanan, dan tentunya tour guide lokal yang siap menjelaskan setiap pertanyaanmu dan membantu kamu selama perjalanan.

Tempat penjemputan paket wisata Wae Rebo adalah di Labuan Bajo.

Selain ke Wae Rebo, di hari kedua kamu akan diajak ke Cancar untuk melihat pemandangan sawah berbentuk jaring laba-laba.

Yuk, cek Paket Wisata Wae Rebo dari IndonesiaJuara Trip sekarang!

Baca juga: Keunikan Pulau Komodo, Wisata Wajib di Indonesia

JAKARTA - Rumah adat merupakan salah satu bentuk interpretasi budaya daerah setempat yang kaya dengan keunikan, sejarah dan filosofinya. Salah satu rumah adat yang terdapat di Indonesia yaitu rumah adat Nusa Nenggara Timur (NTT).

NTT adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terdiri dari beberapa pulau. Provinsi ini juga memiliki banyak keragaman. Keragaman tersebut terdiri dari suku hingga rumah adat. Beberapa suku yang dapat kita jumpai di Nusa Tenggara Timur adalah suku Antoni, Belu, Lamaholot dan lain-lain.

Setiap suku memiliki desain dan bentuk rumah adat yang unik masing-masing. Satu jenis rumah adat yang terdapat di NTT dibagi menjadi beberapa bagian rumah.

Gaya struktur rumah adat ini juga bermacam-macam dan memiliki ciri khas tersendiri. Bahkan setiap struktur bagian rumahnya mempunyai fungsi dan makna yang khusus.

Rumah adat di wilayah NTT biasanya berbentuk rumah panggung dengan struktur agak persegi atau persegi panjang. Berbeda dengan rumah adat Timor Timur yang memiliki bentuk bulat seperti telur dan tidak terdapat tiang.

Beberapa hunian tradisional pada rumah adat ini pada dasarnya dibedakan dari segi model atau bentuk atap rumahnya, antara lain:

Beberapa hunian rumah adat tersebut tetap memiliki kesamaan meskipun bentuk atapnya berbeda-beda. Persamaannya terdapat pada tersedianya tempat khusus yang diyakini sebagai tempat suci untuk para arwah nenek moyang. Pada waktu-waktu tertentu, tempat istimewa tersebut diberikan sesaji.

Atap Kerucut Terbuat dari Daun Lontar

Yang mencolok dari penampilan rumah adat Mbaru Niang adalah bentuknya yang kerucut setinggi 15 meter, dengan atap yang terbuat dari daun lontar yang ditutupi dengan ijuk yang menjuntai hingga hampir menyentuh tanah.

Mbaru Niang memiliki atap kerucut karena merupakan simbol perlindungan dan persatuan antar masyarakat Wae Rebo. Sedangkan alasnya yang berbentuk lingkaran merupakan simbol harmonisasi dan keadilan antar masyarakat dan keluarga.

Tentang Mbaru Niang, Rumah Adat Berbentuk Kerucut

Rumah adat Mbaru Niang memiliki bentuk yang unik yaitu berbentuk kerucut. Selain bentuknya tersebut, terdapat berbagai keunikan lain yang dimiliki oleh Mbaru Niang, antara lain adalah sebagai berikut.

Bangunan Kayu Tanpa Paku

Kontruksi bangunan Mbaru Niang dibuat dari kayu warok dan bambu namun disatukan tanpa paku melainkan diikat dengan kuat menggunakan tali rotan.

Rumah Adat Mbaru Niang Berjumlah Tujuh

Sejak pertama dibangun hingga sekarang, jumlah rumah adat Mbaru Niang tidak bertambah maupun berkurang, yaitu hanya tetap berjumlah tujuh rumah walaupun telah melewati generasi ke generasi sejak abad ke-18 silam. Jumlah tersebut bukan tanpa alasan, karena angka tujuh memiliki artian penghormatan terhadap 7 gunung yang mengelilinginya, yang diyakini bahwa ketujuh gunung tersebut melindungi kampung Wae Rebo.

Ketujuh Mbaru Niang tersebut terdiri dari satu Mbaru Gendang, yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan gendang serta benda-benda pusaka, dan enam Niang Gena yang berfungsi sebagai tempat tinggal. Enam Niang Gena tersebut memiliki masing-masing nama yaitu Niang Gena Mandok, Niang Gena Jekong, Niang Gena Jintam, Niang Gena Pirung, Niang Gena Maro, dan Niang Gena Ndorom. Namun, semua Mbaru Niang menghadap satu arah yaitu selatan dan membentuk pola setengah lingkaran.

Tingkat Pertama / Lutur

Tingkat pertama dalam Mbaru Niang berfungsi sebagai tempat tinggal dan tempat berkumpul keluarga. Tingkat yang disebut sebagai Lutur ini memiliki diameter 11 meter.